Yang Baru DISINI

Februari 08, 2009

INEM TAK LAGI MENGEREK AIR SUMUR

Dulu, di zaman purba, untuk memenuhi kebutuhan akan air, orang cukup mendatangi sumber air, termasuk mata air. Dijamin, airnya masih bening-ning dan bebas dari pencemaran.
Begitu orang mulai hidup menetap, cara mendapatkan airpun bekembang. Selain memanfaatkan mata air permukaaan seperti yang dilakukan Kang Suparna yang hidup di kaki Gunung Pangrango, orang berusaha mendapatkan air dari sumber air tanah. Caranya, dengan menggali sumur. Dari sinilah muncul metode menimba air dari sumur.
Semula orang menggunakan antara lain kerek dari sebatang atau beberapa batang bamboo. Prinsip kerjanya mirip jungkat-jungkit mainan anak-anak ditaman bermain, menggunakan hukum keseimbangan. Pada ujung bamboo yang satu dipasangi tali atau bamboo, tempat ember atau wadah lain dipasang untuk menimba air. Lalu pada ujung yang lain diberi beban pemberat berupa batu, besi, dll. Untuk meringankan kerja sipengambil air. Kerek bamboo itu lalu dipasang pada sebatang pohon atau tiang dengan mengambil titik tertentu pada batang bamboo sebagai poros putarnya.
Setelah diciptakan roda kerek dai besi cor, orang lalu membuat alat penimba air dengan roda besi itu sebagai pemutar tali. Tali yang digunakan biasanya berupa karet irisan ban bekas atau tali plastik. Sewaktu digunakan, alat itu mengeluarkan bunyi khas, kreek… kreek…. Pinggul si inem pembantu rumah tangga keluarga Darsono di bojonegoro, pun ikut bergoyang kanan-kiri saat tangannya bergantian menarik tali kerek.
Setelah era kerek, masuklah era pompa. Pompa pertama masih digerakkan dengan tangan. Pak Bejo di Tegal menyebutnya pompa dragon, karena pompa air manual yang pertama kali dikenal orang bermerek “dragon”. Pompa ini menghisap dan mendorong air menggunakan piston karet yang digerakkan secara manual dengan tangan melalui batang penggerak. Saat ditarik ke atas, piston akan menarik air dari sumur untuk masuk ke dalam silinder pompa, sekaligus mendorong air dalam silinder keluar lewat saluran air pun keluar.
Untuk mencegah air yang sudah masuk ke dalam silinder dan pipa penghubung pompa dengan sumur keluar kembali, dibagian bawah silinder diberi katup. Katup ini akan terbuka saat piston bergerak naik sehingga air bisa masuk dan menutup saat piston bergerak turun. Saat piston turun inilah air berpindah dari bawah keatas piston untuk dikeluarkan dari pompa ketika piston ditarik ke atas. Prinsip kerja pompa ini sebenarnya sudah ada sejak abad pertengahan.
Setelah ada listirik, pompa air listrik lambat laun menggusur “dragon”. Di Indonesia pompa air jenis ini masuk di awal 1970-an. Saat itu Sanyo sebagai pionir, sampai-sampai nama Sanyo menjadi sebutan generic buat pompa air listrik. Cara kerjanya dengan menghisap air menggunakan semacam baling-baling yang digerakkan motor listrik. Dengan putaran itu pula air didorong keluar.
Pada pompa terbaru, air dialirkan ke tabung dan katup listrik otomatis. Ketika keran dimatikan, tekanan air di dalam tabung menjadi tinggi yang menyebabkan katup listrik bekerja memutus arus listrik. Begitu keran air dibuka lagi, tekanan di dalam tabung berkurang, sehingga katup listrik kembali menyambung aliran listrik dan motor berputar lagi menggerakan baling-baling. Kemampuan mengisap airnya Cuma sampai kedalaman 10 m.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar